Sejarah Desa Dasin
Setiap desa pasti memiliki sejarahnya masing-masing demikian halnya dengan Desa Dasin . Sejarah asal muasal desa seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun-temurun dan disampaikan dari mulut kemulut. Sehingga sulit dibuktitakn kebenarannya secara fakta.
Dongeng tentang asal muasal Desa Dasin diantaranya yang paling populer adalah Pada pertengahan abad ke 19 paska Perang Pajang yaitu perang besar di tanah Jawa antara bangsawan kesultanan Pajang, banyak bangsawan dan tentara yang melarikan diri dari kerajaan akibat perang saudara. Diantara sdalah satu Prajurit Kesultanan Panjang tersebut bernama RADEN UNTUNG dan wilayah atau daerah pelarian beliau salah satunya adalah Tuban. Dalam perjalanan ke Tuban para bangsawan dan prajurit Pajang berhenti dan beristirahat untuk mencari tempat yang aman.
Ketika dalam perjalanan beliau di salah satu wilayah sebelum sampai di Daerah Tuban beliau menjumpai banyak manusia mati yang tanpa sebab kematian [ istilah jawa menjadi bathang } atau bergeletakan banyak tubuh yang hilang [ ditugel ] tinggal Kepala manusianya atau [ tinggal NDASnya istilah jawa ] yang bergeletak dan mengeluarkan bau anyir menyengat atau [ BASIN istilah jawa } . Oleh salah satu Prajurit Kesultanan Pajang yang bernama RADEN UNTUNG di daerah atau wilayah tersebut beliau bersumpah berucap woro-woro atau NAK ONO REJANE JAMAN WIALAYAH IKI DIJENENGNO “ NDASEN atau DASIN “ ENDAS [ kepala ] sing ambune BASIN atau [ berbau basin ] . Untuk mengenang peristiwa tersebut dan menandai daerah tersebut akhirnya para bangsawan tersebut menamai daerah tersebut dengan Daerah NDASEN atau NDASIN ATAU Dan Salah satu tempat peristirahatan bangsawan tentara Pajang adalah petilasan yang ada di Ketapaan atau pertapaan (sekarang).
Dalam perjalannya pada perwalian ada salah satu wali yang singgah di pertapaan bhernama WALI ANGGOT dan istrinya bernama BUYUT WARENG dalam pengembaraannya menyebarkan ajaran Islam beliau juga berhenti di pertapaan atau petilasan . Di petilasan pertapaan tersebut beliau membuat sumur untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Sampai pada akhir hidupnya MBAH WARENG istri WALI ANGGOT di kuburkan di sekitar pertapaan atau petilasan sebelah barat . Guna mengenang jasa para sesepuh yang telah meninggal Dunia watau wafat maka setiap tahunya sambil bersyukur setelah panen hasil pertaniannnya masyarakat memperinggati yang disebut MANGANAN KETAPAAN [ PERTAPAAN ] di tempat ketapaan . Dalam hajatan atau manganan tasyakuran atau sedekah bumi warga selalu nyekar sambil ODEK-ODEK UANG RECEH YANG DIPEREBUTKAN BANYAK ORANG sebagai rasa nsyukur dan warga selalu urunan guna mengadakan pertunjukan hiburan wayang kulit sehari –semalam .
Sejarah Pemerintahan Desa :
Pada zaman penjajah belanda Desa Dasin terbagi dalam beberapa wilayah yang terdiri dari Karang Ngeplak , karang anyar, karang ngledok , karang kundi, mbuduk ,Tiap dukuhan di pimpin oleh bayan dan jogo boyo . Sebagai pusat pemerintahan Desa Dasin ada di wilayah [ pedukuhan ] yaitu di PUNDUNG KLAPAN . Oleh salah satu tokoh masyarakat Pada zaman penjajahan Belanda Pemerintahnya dipidahkan disekitar pertapaan di Dekat Makom Santri , dan orang – orang yang jauh dari wilayah pemerintahnya di kumpulkan menjadi satu wilayah di pusat pemerintahnya yaitu di wilayah Desa Dasin
Seiring dengan perkembangan zaman ketiga kelurahan tersebut berubah menjadi satu desa yaitu desa Dasain yang terdiri dari dua dusun antar lain Dusun Pesantren , dan dusun karangrejo . Sejak terbentuk Desa Dasin telah mengalami pergantian kepemimpinan (Kepala Desa) sebagai berikut :